KITA PERLU PENJAHAT UNTUK JADI PAHLAWAN
Pernahkah terpikir, seandainya di dunia ini tidak ada kata 'penjahat'? Akankah ada istilah pahlwan seperti yang kita kenal saat ini?
Pikiran itu melintas begitu saja di kepalaku beberapa waktu lalu. Saat aku melihat betapa orang --tentu saja aku termasuk di dalamnya-- dapat dengan mudah menuding orang lain supaya pujian mengalir pada dirinya. Bukan perkara sulit kan mencari kesalahan orang lain, menyimpannya, untuk suatu saat jadi senjata pembunuh yang akan membuat kita jadi pahlawan? Dalam banyak hal, kita pasti melakukan atau paling tidak pernah melakukan ini.
Cuma, karena alam itu tidak suka ketimpangan, maka ia pun bertindak adil pada manusia. Setiap orang diberi peluang untuk memainkan peran. Suatu kali kita jadi penjahat, atau dituding sebagai penjahat tapi dilain waktu giliran kita yang jadi pahlawan, atau dianggap pahlawan karena kita berhasil menunjukkan pada dunia bahwa orang lain adalah penjahat. Begitu terus, berganti-ganti.
Sayangnya, ada orang yang tidak sadar bahwa alam ini adalah keseimbangan. Maka dia pun membuat skenario untuk bisa selalu jadi pahlawan. Caranya? Gampang... Tuding saja orang lain sebagai penjahat. Bicara terus dan selalu dengungkan keburukan orang lain. Besarkan kesalahan sekecil apapun yang dilakukan orang dan besarkan jasa sekecil apapun yang kita lakukan supaya orang tak melihat kesalahan kita. Dan kalau si penjahat mulai menjadi baik karena serangan kita, siapkanlah target lain yang akan kita tuding sebagai penjahat. Bukankah mudah mencari kesalahan orang lain? Apalagi konon, bangsa ini memang juaranya mencari kambing hitam. Nah, gampang kan jadi pahlawan?
Tapi aku percaya, alam ini adil. Maka aku sekarang sedang belajar untuk jadi orang biasa saja. Artinya, alam akan memberi peran pada kita --entah jadi penjahat atau pahlawan-- tanpa kita minta. Ribuan script telah disusun alam untuk kita lakoni. Dan saat ini, aku sedang belajar untuk bisa berperan sebagai apapun. Saat diberi peran sebagai penjahat ya aku mainkan dengan improvisasi secukupnya agar peranku tidak menyakiti lawan mainku atau penontonnya. Dan ketika suatu kali aku diberi peran sebagai pahlawan, aku akan terima itu, tanpa aku harus menjatuhkan lawan mainku dan membuatnya jadi penjahat sungguhan. Aku tak ingin ada yang tersakiti karena peranku.
Percaya saja pada alam dan ia akan membuatnya jadi seimbang... Jadi tak usah heran kalau sampai kapanpun akan tetap ada penjahat, karena selalu akan ada yang ingin jadi pahlawan...
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home