Friday, December 26, 2008

DEAR COLLEAGUE...

Ssssttttt....
Kawan,
Bisakah kau tenang sebentar?
Aku pun masih harus menata kata
Hentikan dulu teror berkepanjanganmu
Bukan hanya kau yang butuh damai
Simpan dulu suara nyaringmu
Sebab dia menebar resah
Aku perlu keheningan
Supaya aksara mengalir segera
Tak sadarkah kalau gelisahmu
Menggoyang pagar kesabaran?
Begitu riuh, amat rusuh
Diam dulu, kawan...
Tenang dan berhenti meracau
Mana mungkin kau tahu masalahmu
Dalam hingar begitu?
Ayo, redam sedikit kesahmu,
Bungkus galaumu
Kau mengitimidasi udara
Senyaplah sekejap, sebentar saja
Sebelum otakku beku oleh keluhmu

Tuesday, December 09, 2008

HIBERNASI

Apa lagi yang bisa tubuh dan hatiku lakukan selain diam? Ya, diam. Sepenuh takzim. Menakzimi hati, menakzimi celoteh yang senantiasa terjadi di dalamnya. Aku akan diam sekarang. Aku tak akan berkata-kata lagi. Mungkin sebentar, mungkin juga lama. Apa yang bisa kudapat dari kata-kata? Tak ada. Maka aku memilih diam dan biarkan waktu bicara untukku. Akan kubiarkan tubuh dan hati ini menyelam dalam jeda. Di mana mereka bisa bercengkerama dalam hening yang mungkin akan membawa bening agar semua terlihat lebih jernih. Akan kuberi tubuh dan hati ini kesempatan berhibernasi. Mengurung diri dalam sunyi bersama timbunan kekuatan yang begitu lelah kukumpulkan sedikit demi sedikit. Mungkin nanti, setelah hibernasi ini usai, akan ada tubuh dan hati baru yang lebih sehat, lebih kuat. Semoga setelah hibernasi ini usai, udara lebih hangat, matahari lebih cerah, bunga-bunga lebih indah dan asa menebal ke batas maksimal.