Wednesday, July 30, 2008

MEMBURU KALACAKRA, 19. LAMARAN

aku menunggumu
lelaki yang membawakan sekeping gambar
penyempurna puzzle takdirku
mungkin bukan penggenap
sebab masih banyak keping yang harus tersusun
kau tiba saat puzzleku telah tersusun setengah
saat keping gambarku nyaris habis
gambar cinta yang kau bawa begitu indah
terindah dari yang pernah kulihat sebelumnya

kau susun rapi gambar itu
dalam peta nasib yang menghubungkan kita
dalam perjumpaan yang tak ingin tersudahi
aku -mungkin juga kau- menyimpannya dalam sepotong waktu
tertanam dalam kalbu bersalut taburan haru
terkubur dalam bersama timbunan rahasia
yang tak ingin kita bagi dengan siapapun
seandainya bisa, ingin kumiliki kau dengan sempurna
seperti terang leluasa memeluk bayangan
ingin kususun puzzle hidupku sampai usai, bersamamu

aku menunggumu
lelaki yang membawa sebagian hati dan keping takdirku
kutunggu kau melengkapi gambarku di ujung waktu
di sana, tatkala saat tak lagi bisa berisasat

(tulisan yang begitu mendesak keluar dari benakku saat membaca Memburu Kalacakra, bab 19. Lamaran)

Tuesday, July 15, 2008

KISAH KECAMBAH

:Andy, juragan tauge

/1/
jam luruh...
empatpuluh kisi membingkaimu
memagar hingar gempita cetusan kecambah
tunas-tunas yang bersemi setelah sunyi
hening, bening
denting serupa bisik menjelma pepat
bungah oleh jejalan arti
yang tak pernah tuntas kupahami

/2/
tanah telah penuh salju atau bunga
selalu begitu kabar dari Cantabria
jelajah mimpi dari negeri jauh
yang setia singgah di layar imajiku
barisan aksara berisi dongeng yang sama:
tentang sepi, sunyi dan kecambah yang buncah
maka percapakan seperti terapi
menjulur hingga ujung hari
kita saling megobati

/3/
lantas gembira berparade di kepalamu
gundukan tanah basah semaikan kecambah
bulir-bulir kecil mengisi kertas kosong
yang kau ekspor ke segala pelosok:
kulit, jantung, sum-sum hingga sel
gelombangnya mengalun teratur
melamun, menari, berlari, melesat
mengangkasa ke dunia cahaya
'tunggu, aku ingin ikut berdansa!'

/4/
lantai dansa itu bernama kelana
di mana kita biasa berbagi cerita
dari dua pojok benua yang jauh
karpetnya bergambar bilah hitam putih
yang berbunyi saat kita lewati
selalu ada kecambah di meja
serupa bunga bagi sang pecinta
sesekali mirip lily, lain kali peony
tapi kecambah itu tetap saja wangi melati