Thursday, June 28, 2007

TENTANG ESOK

Sewindu ditambah tiga
Seperempatnya kita lewati dalam keterasingan
Dua jiwa terasa menjauh meski raguragu
Dunia tak lagi sama kita berpisah entah di mana
Langit di atas kita terbelah seperti
Laut merah dibelah tongkat Musa
Terpecah, terpisah, tercabut dari cinta
Teriak panjang telah henti bergema, kini tinggal sepi
Jalan itu masih ada kendati lengang, gamang
Jerat rasa kian mengendur bersama waktu yang undur

Sewindu ditambah tiga
Seperdelapannya kita lewati dalam ketakberdayaan
Doadoa masih terdengar meski tak lantunkan pinta yang sama
Dermaga itu merapuh terkikis tangis yang belum sudah
Layanglayang di langit mulai kehilangan arah
Limbung, lelah bertahan untuk sebuah ketidakpastian
Tonggak yang dulu tak lagi kokoh menopang
Tangan masa menebas separuhnya hingga ringkih
Jadi apa yang harus kita lakukan?
Janji ini pada siapa kita pertanggungjawabkan?

Tuesday, June 19, 2007

SAJAK KACAMATA

Aku merindukan tuanku
Seorang perempuan muda yang selalu bersedih
Yang dari matanya kerapkali mengalir air
Menganak sungai membanjiri bingkaiku

Di sebuah tempat tak bernama, aku kini teronggok
Gelap dan senyap membuatku makin rindu tuanku
Seorang perempuan muda yang sesekali juga bisa tertawa
Menyaksikan hidup yang tak selalu ramah padanya

Kadang aku berpikir, mungkin tuanku gila
Sebab ia terkadang terbalik mengekspresikan rasanya
Tertawa ketika terluka dan menangis saat bahagia
Mungkin keadaan memang membuatnya sakit jiwa

Tapi aku merindukannya
Tuanku yang berusaha tetap tegak berdiri di tengah badai
Perempuan muda yang mencoba tetap tegar dalam kerapuhannya
Yang membuatku sampai disini, teronggok sendiri

SEPATUKU BICARA

Tadi siang, tiba-tiba sepatuku bisa bicara
Katanya dia lelah menopangku yang tak henti berjalan
Aku bilang padanya, kalau pencarianku masih panjang
Sepatuku memang tak paham kalau tujuanku belum lagi kelihatan

Dia berisik sekali dan kata-katanya amat menusuk hati
Dia menghujat pencarian yang kulakukan
“Cinta...Kau mencari cinta? Percuma...!” sentaknya
Aku memang terlalu tua untuk mencari cinta

Sepatuku makin menjadi ketika aku hanya diam
Penasaran sekali dia tentang apa yang kulakukan
Dia mengomel sepanjang jalan sambil terus lontarkan cercaan
“Kau memang perempuan gila, mencari cinta di jalan buntu seperti ini!”

Aku masih saja diam dan menelan segala ocehannya
Sepatuku memang benar tapi dia tak mengerti aku sepenuhnya
Jadi kuabaikan saja perkataannya sambil terus berjalan
Mengikuti peta buta yang kugenggam di mana denah cinta tertera