Friday, November 17, 2006

SETAHUN RUMAHKU

Hei...ternyata sudah setahun berlalu. Seperti baru kemarin aku kebingungan di depan komputer berjuang melawan 'kegaptekan' dan nekat membuat blog ini. Saat ini pun, masih belum khatam pengetahuan seputar pengelolaan blog kupelajari. Blog ini masih jauh dari cangih, karena yang aku tahu hanya bagaimana caranya mengupload tulisan. Bagaimana menghiasnya dengan desain menarik atau gambar-gambar ini sama sekali belum juga kupahami.

Kalau blog ini dianalogikan sebagai rumah tempat isi kepala dan hatiku tinggal, maka rumah ini masih amat sangat sederhana. Kalau boleh meminjam lirik lagu grup musik God Bless (hihihiii...kok God Bless???) rumahku ini masih berdinding bilik, berlantai tanah, beratap jerami dan berpagar bambu. Bunganya juga cuma ada bunga bakung tanpa anyelir...tapi pasti ada melati, hihihihi...

Tapi, sesederhana apapun, aku berusaha untuk menuangkan jiwaku kedalamnya. Rumah ini adalah tempat di mana aku dapat menjadi diri sendiri, jujur tanpa topeng dan polesan wajah. Rumah ini adalah pelabuhan tempat aku mencurahkan segala pikiran dan perasaan. Aku percaya, sesederhana apapun sebuah rumah hanya hati yang bahagia yang mampu membuatnya terasa nyaman dan cuma kejujuran yang akan membuat kesederhanaan tampak indah. Ya...tak harus ada dusta di rumah kita kan? Semoga saja, rumah sederhana ini akan tetap kokoh berdiri.

SUDAHKAH?

Sudah datarkah hatiku?
Cukup ratakah hingga tak ada lagi ceruk
yang akan merendam kepedihan?

Sudah sunyikah jiwaku?
Cukup sepikah hingga tak ada lagi bunyi
yang akan mengusik keheningan?

Sudah mantapkah jejakku?
Cukup kokohkah hingga tak ada lagi dera
yang akan menggoyahkan ketegaran?

Tuhan,
Kemana semua pertanyaan ini harus kulontarkan?

Friday, November 10, 2006

AFTER THE LOVE HAS GONE

Kalimat itu teronggok di status yahoo messenger seorang temanku siang ini. Judul lagu kesukaanku dan tanpa sadar aku menyenandungkan lagunya. "After the love has gone, what used to be right is wrong..." Tiba-tiba saja perasaan aneh melingkupi hati dan kepalaku.

Benar...Ketika cinta pergi, apa yang biasanya baik dan benar jadi terasa salah. Cinta adalah tongkat ajaib yang bisa menyulap kesalahan sebesar apapun menjadi tak berarti. Ketika tongkat itu patah, tak ada lagi yang bisa menyulap kesalahan menajdi nol kecil. Salah ya salah. Bahkan yang kecilpun bisa jadi besar karena tongkat sulapnya sudah tidak ada.

Rasanya ini bukan fenomena baru dalam sebuah hubungan. Saat cinta menggebu, kita cenderung menutup mata pada apapunkesalahan yang dilakukan pasangan. Kita memberikan respek yang begitu besar dan memiliki toleransi yang nyaris tanpa batas saat ada cinta. Tapi begitu hidup bersama dan interaksi terjadi sangat intens, cacat cela mulai terbuka dan kita mulai terganggu. Akumulasi kekecewaan, tumpukan kekesalan kemudian menyublim menjadi kristal yang mengikis respek dan toleransi. Salah kecil bisa jadi besar senetara yang besar semakin membakar. Cinta yang hijau segar lalu mulai menguning rapuh dan terkadang luruh membusuk tanpa sempat diselamatkan.

Lalu, banyak manusia yang kemudian hidup dengan cinta yang membusuk dan bertahan hanya dengan sebuah alasan : tanggung jawab! Seperti daun mati dikerubuti bakteri pembusuk, cinta jadi terlihat menjijikkan. Cinta cuma kotoran yang dibungkus kertas indah dan disajikan di atas meja untuk hiasan pemanis demi kesenangan orang lain yang melihat tanpa mengindahkan rasa muak yang memuncak. Tapi ini samasekali tidak salah. Rasa muak dan ingin muntah tertahan itulah yang akan diberi penghargaan karena kita bisa menjaga kelanggengan hubungan. Syukur kalau kemudian dapat predikat sebagai 'pasangan teladan' yang layak jadi panutan!

Hanya saja, nyatanya kita, manusia yang seringkali 'sok kuat' ini sebenarnya sangatlah terbatas. Maka banyak yang kemudian melarikan diri dari kemuakan dengan menciptakan dunia lain yang penuh ilusi. Dan cinta lain yang lebih segar, acap di temukan di dunia ilusi itu. Sebuah cinta yang tumbuh dalam keterasingan yang sering jadi ruang ICU tempat merawat raga yang kehilangan jiwa. Banyak orang yang kembali hidup setelah menemukan cinta ilusi tersebut. Cinta yang jadi perawat itu memberikan kasih sempurna sebagai vitamin dan antibiotik ampuh yang membuat kesehatan meningkat pesat.

Tapi, siapa yang betah berlama-lama di ruang perawatan? Banyak pantangan dan keharusan yang musti ditaati. Jadi biasanya, kita -saya dan Anda- segera didera kebosanan. Kesembuhan membuat kita segera ingin kembali ke rumah sebab lama-lama, rumah sakit seperti berubah mirip penjara. Kehidupan yang tersembuhkan memang bisa menumbuhkan kembali cinta yang membusuk di meja. Sebab biasanya, saat kita dirawat di ICU, semua yang di luar menangis dan ingin pula memberi perawatan. Cuma memang, peraturan mengharuskan perawat di dalam saja yang bisa melakukannya, karena dia yang tahu apa yang paling tepat dilakukan. Maka, begitu yang di dalam ruang ICU pulih, kesehatan membaik dengan wajah yang lebih segar dan kulit yang lebih bersinar, yang di luar segera ingin melanjutkan perawatan supaya dibilang setia.

Dan biasanya kita akan dengan senang hati menerima sambutan itu. Cinta baru mulai tumbuh kembali di meja menutupi cinta yang membusuk dan proses pembusukan berpindah ke dalam ICU itu. Tempat perawatan memang hanyalah sebuah persinggahan. Rumah selalu dirasa lebih nyaman hingga respek dan toleransi kembali terkikis dan membuat cinta kembali membusuk. Tapi kali ini mungkin kita akan lebih santai, karena sudah tahu ada ruang ICU dengan perawat yang akan membuat cinta kembali sehat.

Mungkin itu memang daur yang harus dilalui cinta? Sebab seperti yang sudah-sudah, hidup baru memang selalu terbentuk di atas daun yang membusuk. Cinta baru yang segar dan sehat hanya bisa tumbuh di tanah gembur yang dipupuki cinta yang sudah mati...